“Me Before You” (2016)- Film Review

BY: KARINA JACQUALINE EMAN

Berapa hari yang lalu saya menonton film ini sendirian, di kamar kos, menggunakan headset, and… I found myself cried because of this. Dan sekarang belum bisa move on dari rasa sakit hati setelah menonton film ini (aiishhh lebay…hahaha) But seriously. Buat kamu pencinta film romance, This one is very recommended for ya.

“Me Before You” (2016)

Durasi: 1h 50min

Tanggal rilis: 3 Juni 2016, USA

Sutradara: Thea Sharrock

Cast: Emilia Clarke, Sam Claflin, Matthew Lewis

Film Drama Romantis “Me Before You” yang disutradarai oleh Thea Sharrock ini sebenarnya diadaptasi dari sebuah novel, dengan bertajuk sama, yang ditulis oleh Jojo Moyes, seorang penulis UK, published in January 5th 2012, di UK. Novel tersebut ternyata ada sekuelnya juga lho, yang berjudul After You, published in September 29th 2015. Saya belum pernah membaca kedua novel itu sebelumnya but I wonder the novel is definitely greater than the movie (It’s always happen, setiap kali ada film yang diangkat dari sebuah novel, biasanya tidak sehebat novelnya. Am i right?). However, I think this movie is worth enough to be number #1 of your romantic movie list. So this is the film review I want to share you. Here you are.

Film ini bercerita tentang seorang gadis berusia 26 tahun, sederhana namun mempesona, bernama Louisa Clark. Tinggal di sebuah keluarga sederhana, dan memiliki adik perempuan, Treena, yang merupakan seorang single-mother, membuatnya menjadi seseorang yang tidak berambisi tinggi dan tidak berani untuk bermimpi besar. Sejak Lou menjadi ‘tumpuan’ keluarganya, sumber nafkah bagi keluarganya, Ia selalu merasa bertanggung jawab atas apa pun yang menimpa keluarganya, termasuk adiknya, Treena. Suatu hari Ia kehilangan pekerjaannya di sebuah kafe lokal. Hal ini membuat Ia sangat tertekan dan Ia berusaha mencari pekerjaan baru. Namun tidak semudah itu Ia mendapatkan pekerjaan tanpa memiliki skill yang menonjol. Tapi kemudian, melalui Job center, Ia mendapatkan rekomendasi kerja sebagai seorang caregiver, yang ditugaskan untuk merawat seseorang yang lumpuh, di sebuah keluarga kaya raya.

Setelah memutuskan untuk mengambil kesempatan pekerjaan itu, takdir mempertemukan Lou dan William Traynor, a.k.a Will. Dua tahun sebelum mereka bertemu, Will mengalami kecelakaan sehingga menyebabkan kelumpuhan di hampir seluruh anggota tubuhnya. Hal ini tentu membuatnya depresi berat, bahkan Ia berniat untuk mengakhiri hidupnya. Tapi Ibunya, Camilla Traynor, tidak rela jika harus kehilangan Will dan mencoba berbagai cara untuk mengubah keputusan anaknya. Untuk itulah Camilla mempekerjakan Lou, dengan harapan Lou dapat menjadi teman yang baik untuk Will, dengan kepribadian Lou yang manis dan menyenangkan kiranya dapat memberikan energi yang positif pada Will.

Lou berusaha memberikan yang terbaik untuk menyenangkan hati Will. Ia mencoba mencairkan suasana saat berhadapan dengan Will yang terlihat begitu tertutup dan dingin. Tentu tidak mudah menghibur seseorang yang berada dalam keadaan putus asa dan yang tidak dapat berbuat apa-apa selain duduk di kursi rodanya. Yup. Will tidak punya harapan untuk hidup lagi setelah hampir seluruh anggota tubuhnya tidak dapat bergerak, dan segala bentuk pengobatan atau operasi sekalipun tidak dapat memulihkan keadaannya. Tapi Lou tidak menyerah. Setiap hari Ia mengunjungi Will, menyapanya sambil tersenyum meskipun Will sering mengabaikannya, dan menawarkannya untuk dibuatkan secangkir teh. Berusaha untuk berteman dengan Will, menghiburnya dan mengembalikan semangatnya untuk hidup.

Hari demi hari berlalu, dan Lou tetap disamping Will. Ada beberapa peristiwa yang terjadi di antara mereka berdua (just watch the movie then you know), sehingga hubungan mereka jadi semakin dekat dan ada ‘perasaan’ yang tumbuh di hati Lou. Awalnya Ia pikir itu hanya sebatas rasa kasihan, karena Lou sesungguhnya sudah memiliki kekasih bernama Patrick, seorang atlit maraton, yang menjalani hubungan dengannya selama 7 tahun. Sampai akhirnya Ia harus memilih, apakah Ia akan pergi liburan dengan Patrick, atau mengikuti sebuah perjalanan ke suatu tempat dengan Will.

Perasaan Lou terhadap Will, yang akhirnya disadari adalah rasa Cinta yang tulus, membuatnya dengan mantap memilih Will. Perasaan cintanya pun mendapat balasan. Will feels the same way (yeayyy gak bertepuk sebelah tangan hahaha). ‘Tapi bagaimana mungkin Will mencintai Lou dengan sepenuhnya jika Ia bahkan tidak bisa bergerak?’. Will menyadari keadaannya, bahwa Ia tidak akan bisa lagi menjalani kehidupan yang normal, apalagi mencintai seorang wanita. He knows, that he just can’t. Maka Ia memantapkan dirinya untuk melakukan Eutanasia atau suntik mati, meskipun Ia mengetahui bahwa Ia dan Lou memiliki perasaan yang sama.

Lalu bagaimana dengan Lou yang terlanjur mencintai sosok Will? Sanggupkah Ia melepaskan Will dan menghargai keputusannya untuk melakukan Eutanasia, disaat Ia telah mencintai Will dan menerima kekurangannya? Apakah cinta yang kuat tak dapat merubah keputusan Will? Mungkinkah Cinta saja tidak cukup untuk membuat Will bertahan? (ahh too much questions!). Jawabannya ada di Film dan Novelnya. So, buruan tunggu apalagi? Nonton atau baca, it’s up to you.

For me, this movie was so impress, and also it made me cry (not just cry, weep. Yeah, weep!) karena beberapa unsur film yang sangat mendukung. First one, the actors. Sam Claflin sebagai Will, berhasil menyentuh saya, sebagai penonton, dengan perannya- yang penuh emosional- sebagai penyandang disability. If you guys remember, Sam Claflin juga sebelumnya berperan di film Hunger Games series sebagai Finnick Odair. Jadi udah gak diragukan lagi kemampuan beraktingnya, plus, he’s handsome, isn’t he? Begitu pula dengan Emilia Clarke yang berperan sebagai Louisa Clark. She is so gorgeous in her own way. Karakter charming dan sederhana yang diperankannya, bukan hanya membuat Will, tapi kita sebagai penonton jatuh cinta kepadanya. Honestly, this is the first time I watch her movie. However, dia juga telah membintangi beberapa film hollywood sebelumnya.

Second one, the soundtrack! Lagu-lagu yang menjadi backsound di beberapa adegan dalam film ini menciptakan atmosfir yang amat sangat menyedihkan (it tears my heart. merobek-robek/menyayat hati. really). Yang pasti setelah menonton film ini, tanpa tunggu lama-lama saya langsung men-download lagu-lagu yang menjadi original soundtrack film ini. Dan setiap kali mendengarnya, langsung terbayang setiap adegan, kemesraan Lou dan Will, so romantic ^_^, but it hurts at the same time (pokoknya campur aduk deh guys).

Selain kedua hal itu, tentunya ide cerita yang diadaptasi dari novel “Me before you” adalah alasan kuat kenapa kamu harus nonton film ini. Ide ceritanya menarik dan emosional. Selain menggambarkan kisah cinta Lou dan Will, cerita ini juga mau menunjukan kepada kita mengenai arti/makna hidup yang sedang kita jalani, bagaimana kita harus berani mengambil setiap pilihan dalam hidup ini, dan mensyukuri semua hal yang kita miliki (dalem banget yah guys? okay, jangan terlalu serius). Pokoknya bagi kamu-kamu pecinta film romantis, jangan sampe kelewatan. Nonton berdua sama pasangan kamu or bisa juga nonton sendiri, gak ada salahnya (tapi yang jomblo jangan baper yah). Hope you enjoy the movie, but don’t cry as I did, it’s embarrassing actually.

Regard, 

The Writer.

10 Replies to ““Me Before You” (2016)- Film Review”

      1. Hmm..Euthanasia like suicide for me. And that’s bad. Jadi mgkin saya akan tetap bertahan hidup, selama mungkin. But I don’t know, mungkin juga saya brubah pikiran dan pada akhirnya melakukan hal yang sama dengan Will. I’m not sure 😀

        Liked by 1 person

      2. Berat emang. Tapi Tuhan pasti tidak memberi cobaan di luar kemampuan kita. Pasti ada hikmah untuk orang lain atau kita sendiri dengan ujian itu. Well, kita gak bisa maksain orang lain sama ama kita.

        Suka nonton juga? Genre apa aja?

        Like

      3. Sama. Kemarin malam Minggu baru nonton maraton di bioskop, Sully dan Magnificent Seven. Saya suka sekali dengan Sully. Bisa jadi film drama terbaik so far di 2016.

        Magnificent Seven lumayan saja. Okelah buat pencinta film koboy.

        Like

Leave a comment